Rabu, 01 Juni 2011

Rindu Ayah by resy


Rindu Ayah


Pertanyaanku

Cerita ini adalah kisah nyata yang mungkin ada di sekitar kita atau bahkan kita adalah bagian dari cerita ini. Cerita ini ku buat untuk mengetuk hati ayah-ayah yang begitu tega meninggalkan buah hatinya sendiri dalam kerinduan kasih sayang sang ayah. Cerita ini kubuat untuk mengetuk hati sang ayah yang begitu keras seperti batu.

Aku adalah seorang anak yang merindukan kasih sayang ayah. Aku dibesarkan oleh seorang ibu , ibu yang hebat dan kuat. Ibu yang mampu menjadi ibu sekaligus ayah bagiku. Ayahku meninggalkan aku dan ibu, saat aku berusia 3 tahun, tanpa alas an yang jelas. Dulu aku tak begitu ingin tahu semua ini. Tapi semakin bertambah usiaku dan aku merasa iri dengan teman-temanku. Yang memiliki keluarga yang utuh, dan entah mengapa aku merindukannya. Merindukan kasih sayang seorang ayah. Aku rindu tuk bersenda gurau bersama tentang semuanya. Ayah meninggalkanku saat aku benar-benar butuh sosok seorang ayah yang selalu ada buatku. Aku benar-benar tidak mengenal ayahku, fotopun tak ada. Bagaimana aku bisa membayangkan dia.

Dan sore itu, disaat ibu sedang duduk santai di teras depan rumahku. Aku berjalan mendekatinya, dan menyentuh pundaknya. Ada ragu dalam hatiku untuk membuka tabir siapa diri ini, tapi aku harus melakukan semua ini. Karena aku merasa sudah waktunya aku tahu semua ini, walaupun cerita yang akan ku dengar akan teramat pahit nantinya, dan aku telah menyiapkan semuanya dengan baik. Ada perang batin dalam diriku, tapi inilah aku. Aku ingin mengungkapkan semua pertanyaan yang telah tersimpan rapi dalam hatiku. Dan ini obrolanku dengan beliau;

Anak : ibu…..

Ibu : ya, fandi (jawabnya)

Oya, aku lupa tuk mengenalkan diriku. Namaku Muhammad Fandy, sekarang aku duduk di kelas 2 SMK Riau.

Fandi : maaf menggangu waktumu ibu, sepertinya ibu sedang asyik menikmati suasana sore ini..

Ibu : oh, tidak fandi, kemarilah dan duduk di sebelah ibu, kita sama2 menikmati sore ini..

Ibu : ada apa anakkku, sepertinya ada sesuatu yang ingin kau katakan pada ibu

Ibu : ada masalah di sekolahmu, atau kamu sedang ada masalah dengan teman2mu

Fandi : tidak ibu, semuanya baik-baik saja, sekolahku lancar dan teman-temanku menyenangkan

Ibu : lalu, apa yang ingin kau ceritakan pada ibu, sepertinya ada sesuatu yang kau risaukan, semua

Tergambar jelas di raut wajahmu anakku..

Itulah naluri seorang ibu, dia bisa melihat dengan jelas kerisauan dari wajah anaknya, tanpa harus memulai semuanya.

Fandi : ibu maafkan aku, jika apa yang ingin ku tanyakan saat ini adalah sesuatu yang akan membuatmu bersedih..

Ibu : ada apa anakku, belum cerita kamu sudah minta maaf…, tapi, ibu janji ibu akan baik-baik saja

Fandi : ibu janji

Ibu : ya, sayang ibu janji

Ibu : sekarang bagilah resahmu anakku

Aku sedikit ragu untuk memulai, karena akan terjadi sesuatu setelah semua resahku terungkap. Tapi, aku harus tahu semua.. maafkan aku ibu..

Ibu : ayolah anakku, apa yang ingin kau ceritakan

Fandi : apakah ayah masih ada bu?

Ibu : sejenak ibu terdiam (menatapku dengan tatapan yang entah apa arti tatapannya)

Beberapa saat mata itu menatapku dalam diam dan hening. Ada bulir-bulir air mata yang sepertinya tertahan yang suatu saat siap tuk jatuh ke pipinya yang mulai terlihat tua.

Fandi : ibu, maafkan aku… tak ada maksudku tuk membuatmu bersedih

Ibu : (ibu masih terdiam, dan sepertinya mulai kembali menata semuanya dengan baik dan siap tuk menjawab semuanya)

Ibu : tak ada yang perlu di maafkan anakku, dan kau tidak salah atas semua ini

Ibu : kau berhak bertanya tentang semuanya, dan aku tahu suatu saat kau akan bertanya tentang dirimu, kau sudah dewasa sekarang, dan mungkin inilah saat yang tepat untukmu…

Ibu : ayahmu masih ada nak, dan sekarang dia telah punya hidupnya sendiri

Fandi : dimana bu? Tanyaku? Apakah ia tahu tentangku….

Ibu : ayahmu di Palembang, ia tahu tentangmu tapi tak peduli padamu

Fandi : mengapa bu? Mengapa ia membiarkan kita seperti ini?

Ibu : entahlah nak, sampai saat ini ibu juga tak mengerti mengapa semua ini ayahmu lakukan pada

Kita

Fandi : apakah ayah tidak menginginkan aku ada di dunia ini dan menjadi bagian dari kehidupannya bu…., hingga dia pergi meninggalkanku seperti ini

Fandi : aku iri pada teman-temanku yang begitu bahagia punya ayah

Fandi : tiba-tiba air mataku jatuh,…

Fandi : lihat, adik kecil yang ada di depan rumah kita bu .., adik itu main bersama ayahnya, dia begitu bahagia bisa bermain bersama ayahnya…

Fandi : aku, merindukan ayah ibu, aku ingin seperti adik kecil itu

Ibu, tanpa menjawab semua pertanyaanku, dia hanya diam dan membiarkanku menceritakan semua resahku yang selama ini terpendam. Dan setelah kurasa cukup semua yang telah ku ungkapkan, aku diam sejenak. Dan saat itulah ibu menjawab semuanya

Ibu : tidak ada orang tua yang tidak menginginkan anaknya sayang

Ibu : ayahmu menyayangimu tapi dengan caranya yang berbeda

Ibu : kita tak pernah tahu bagaimana caranya menyayangimu..

Fandi : ibu berbohong, ibu hanya ingin menyenangkan hatiku kan (jawabku)

Fandi : kalau memang ayah menyayangiku, kemana dia saat aku membutuhkannya

Fandi : kemana ia, saat teman-teman ku menghinaku, bahwa aku tak punya ayah

Fandi : kemana ibu!!!!!!

Tiba-tiba aku benar-benar marah pada keadaan ini, pada jalan hidupku, dan mungkin pada ayah dan ibuku..

Fandi : apakah ia pernah bertanya, bagaimana keadaanku, bagaimana dengan sekolahku, apa cita-citaku, apakah pernah bu???...

Fandi : (dan aku tersenyum sinis) dan menjawab sendiri pertanyaanku..

Fandi : tidak pernah ada pertanyaan itu kan bu…, dia tidak pernah menghubungi ibu kan?

Fandi : sepertinya aku benar-benar tidak ia harapkan…

Dan akupun pergi meninggalkan ibu yang masih terdiam, aku berlari menuju kamarku dan menutup kamarku, aku ingin sendiri saat ini…. Dan dalam hati aku berkata (maafkan aku ibu).

Ibu : fandi…, bisa tolong buka pintunya nak…

Fandi : maaf ibu, tidak saat ini, aku ingin sendiri ….

Ibu : kamu marah sama ibu..

Fandi : tidak bu, aku memaklumi keadaan ini, hanya saat ini izinkan aku untuk menyendiri

Fandi : masih banyak waktu ibu..

Dan ibupun meninggalkanku sendiri, beliau berjalan menuju kamarnya. Mencoba tuk menenangkan hati dan fikirannya malam ini tuk kembali menatap hari esok.

Pagi ini, langit begitu cerah. Burung2 bernyanyi menyambut hari ini, dan sepertinya aku merasa lebih baik pagi ini. Aku membuka jendela kamarku, menghirup udara segar di pagi ini. SUBHANALLAH…. Terimakasih YA ALLAH, atas nikmat hidup yang kau berikan padaku. Dan aku kembali tersenyum menyambut pagi ini dengan segala harapan pasti. Dan aku melupakan sejenak cerita tadi malam.

Krek… aku membuka kamarku dan aku melangkah keluar menuju kamar mandi tuk mencuci mukaku. Hari ini hari minggu,jadi waktunya tuk di rumah. Hmmm...., kira-kira mau ngapain ya?. Saat aku berjalan menuju ke kamar mandi, ada aroma wangi tercium dari dapur, hmmm......wangi sekali dan sepertinya membuatku lapar.

Fandi : pagi bu, (sapaku pada ibu yang sedang asyik memasak)

Ibu : pagi fandi, gmn tidurnya td malam? (tanya ibu)

Fandi : nyenyak bu (jawabku)

Fandi : wangi sekali bu masakannya, sepertinya enak tuh ( godaku pada ibu)

Ibu : ya nih, wangi ya sampe2 kamu bangun karena mencium aroma masakan ibu,

Fandi : aku hanya tersenyum

Ibu : cuci muka dan sikat gigi dulu

Fandi : ya bu....

Selesei aku mencuci muka dan sikat gigi, ibu sudah menungguku di meja makan

Ibu : ayo fandi sarapan

Fandi : ya bu..

Ibu : ibu buatkan nasi goreng kesukaanmu dan telur dadar

Fandi : makasih bu….

Sejenak kami melupakan obrolan tadi malam, dan aku kembali membuka percakapan

Fandi : bu, hari senin besok fandi dah mulai semesteran

Ibu : oya, udah siap blm untuk semesteran?(Tanya ibu)

Fandi : siap tidak siap ya harus siap donk(jawabku sambil tersenyum)

Ibu : kamu harus belajar yang rajin ya, agar nilaimu tetap bagus

Fandi : pasti donk bu,fandi janji tidak akan mengecewakan ibu

Ibu : nah, itu baru anak ibu...

Fandi : dan akupun beranjak dari tempat dudukku, melangkah mendekatinya dan berucap (Fandi sayang ibu)

Ibu : ya sayang, ibu juga sayang fandi,ibu bertahan hanya untuk kamu

Ibu : ayo di habiskan nasi gorengnya

Fandi : oke bu…

Rencana Liburan

Jam menunjukkan pukul 10.00, semua pekerjaan rumah telah selesai aku kerjakan, sejenak pikiranku berjalan, kira-kira aku akan kemana hari ini,untuk menghabiskan hari minggu ini. Tiba-tiba aku teringat kepada kawanku untuk menghabiskan waktu libur hari ini, karena esok aku akan fokus pada semesteran. Aku beranjak ke kamar tuk bersiap2 berangkat.

Fandi : bu, fandi berangkat ya...

Ibu : mau kemana fandi (Tanya ibu)

Fandi : ada janji dengan teman, bu

Ibu : oya, ati2 di jalan ya nak

Fandi : oke bu..

Aku berjalan ke luar rumah, menghidupkan motorku lalu berangkat menuju rumah temanku. Kira-kira 15 menit aku telah sampai di halaman rumahnya. Dan ku lihat dia telah duduk menungguku di teras rumahnya. Dan aku berjalan mendekatinya..

Fandi : assalammualaikum,

Fajar : wa’alaikum salam

Fajar : mari masuk fandi...

Fandi : oke, aku belum terlambat kan?

Fajar : tenang, kamu datang tepat waktu kok ..

Fandi : hehehehe......

Fajar adalah sahabatku, kita berteman dari SD, semuanya berbagi. Bagiku dia bukan hanya teman, tapi lebih dari teman. Dan keluarganya adalah keluargaku. Keluarga Fajar tidak mempermasalahkan tentang keadaanku. Mereka menerimaku sebagai keluarga. Dan ayahnya Fajarpun menganggapku sebagai anaknya. Inilah keluargaku keduaku. Kehangatan dan keramahan keluarga inilah yang membuatku merasa begitu nyaman berada di antara mereka.

Fandi : kok sepi jar (tanyaku)

Fajar : o.. Papa & Mama sedang keluar ke pasar, klo Nisa hari libur pergi ke tempat kakek

Fandi :oooo....., jadi kemana acara kita hari ini?

Fajar : kamu punya ide gak? (tanya fajar padaku)

Fandi : hmmmm, kemana ya??????

Fajar : (tiba – tiba fajar menemukan ide), kita ke danau yuk

Fandi : oke….

Fajar : bi…..(fajar memanggil bibi)

Bibi : ya…. (jawabnya)

Fajar : saya pergi dulu ya ma fandi, tlg bilangin ke papa dan mama ya….

Bibi : ya, mas…..

Kami pun berjalan mengelilingi kota Pekan Baru, dan sampai lah ke danau yang di maksud Fajar. Danau ini adalah danau tempat kami selalu menghabiskan waktu tuk berbagi cerita tentang sekolah, keluarga atau masalah - masalah lain yang perlu untuk berbagi. Aku memarkirkan motorku dan kami berjalan ke tepi danau. Di sekitar danau itu banyak pohon-pohon rindang dan tempat-tempat duduk yang telah disediakan. Banyak muda-mudi yang kami temui di sini.

Fajar : kita duduk di sini aja fandi,

Fandi : ya, tapi bentar ya.. aku beli minum ..

Fandi : kamu mau minum apa jar?

Fajar : aku titip teh botol ya ndi’

Fandi : baiklah ….

Aku membeli 2 teh botol dan sedikit makanan ringan (kacang, dan beberapa snak).

Fandi : ini minuman dan beberapa snack jar

Fajar : makasih ya,

Fandi : sama-sama jar…

Kami menikmati minuman dan beberapa makanan kecil yang tadi aku beli, dan aku membuka obrolan...

Fandi : jar, nanti habis semesteran kamu mau liburan kemana?

Fajar : entahlah ndi, aku belum kepikiran buat liburan

Fajar : kalaupun liburan, ya..paling ke tempat tante di Batam, kamu sendiri gimana? (tanya fajar padaku)

Fandi : entahlah jar, aku juga tidak tahu, kemana masa liburan nanti akan ku habiskan, mungkin di rumah membantu ibu di toko (jawabku)

Fandi : aku ingin liburan, tapi aku sendiri tidak tahu kemana?

Fandi : aku ingin mencari ayah jar?

Fajar : (sejenak fajar terkejut akan pernyataanku), apa? Kamu mau cari kemana ndi

Fandi : entahlah aku sendiri tidak tahu jar?

Fajar adalah temanku satu-satunya yang tahu bagaiman cerita hidupku dan menerimaku dengan segala keberadaanku begitupun keluarganya.

Fajar : kamu tahu dimana ayahmu sekarang? (tanya fajar)

Fandi : tidak, aku tidak tahu jar

Fandi : yang aku tahu, ayahku telah memiliki keluarga lagi, itu cerita ibu padaku

Fajar : kapan ibu cerita?

Fandi : kemarin sore, aku memberanikan diri tentang semuanya, tentang diriku, tentang ayah

Fajar : lalu apa yang terjadi?

Fandi : ibu menceritakan semuanya jar, semua tentang ayah

Fandi : dan kau tahu mengapa aku benar-benar ingin berjumpa dengan ayah, karena aku ingin bertanya, mengapa ia melakukan semua ini pada kami.

Fajar : apakah ibumu akan mengizinkan ndi?

Fandi : entahlah jar? Aku hanya berharap ibu mau mengerti keinginanku

Fajar : hmmmm, kamu lihat di akte kelahiranmu, pasti ada tempat dimana kamu dilahirkan, dari sana kamu akan tahu dimana ayahmu berada?

Fandi : kamu benar jar, mengapa tak terfikirkan olehku,hmmmm kadang-kadang temanku yg baik ini terlihat cerdas ya? (ledekku pada fajar)

Dan kami pun tersenyum....

Tak terasa hari telah mulai siang, dan kami pun beranjak dari tempat itu, dan kembali pulang. Cukup acara kami hari ini dan setidaknya fikiran dan hatiku telah cukup tenang. Dan aku akan melupakan sejenak masalah ini dan fokus pada ujian semesterku. Karena aku telah berjanji pada ibu, nilaiku harus tetap bagus.

Dan ketika aku sampai di rumah, aku tidak menjumpai ibu di rumah. Mungkin ibu ke toko... dan aku langsung masuk ke kamarku untuk istirahat siang. Inilah kegiatanku dihari libur, jika tidak membantu ibu toko, aku menikmati libur di rumah. Sebelum ku rebahkan tubuhku, aku teringat pesan sahabatku (fajar) untuk mengetahui dimana asal-usulku. Aku membuka akte lahirku dna di sana tertera dengan jelas kota kelahiran beserta nama ayah. Dan ternyata aku dilahirkan di kota Palembang. O..... jadi palembang kota kelahiranku berarti ayahku juga dari sini. Itulah yang terfikir di otakku saat ini. Dan biarlah semua kusimpan sendiri, nanti setelah semuanya tenang aku akan kembali bertanya pada ibu. Dan aku kembai merebahkan tubuhku dan memejamkan mataku, mencoba tuk tidur.

Satu minggu sudah semesteran selesei, dan kini waktunya bersantai. Tidak ada acara apapun di sekolah sambil menunggu pembagian rapor. Hanya datang ke sekolah, kumpul2 bersama temen2. Dan tiba-tiba aku teringat akan kembali rindu pada ayah dan sejenak ku berfikir.. mengapa tidak sekarang saja aku mencari ayah. Mencoba kembali bertanya pada ibu, dan aku berharap ibu akan menjawab semuanya.

Aku menunggu saat yang tepat untuk utarakan maksudku, karena aku tidak ingin melihat ibu kembali bersedih. Dan malam ini, selesai makan malam. Kami duduk di ruang tengah menikmati acara TV, walaupun sebenarnya aku enggan tuk menonton acara TV, yang menurutku hanya itu-itu saja. Aku mencoba mencari waktu yang tepat tuk memulai percakapan ini. Dan... tiba2 ibu lebih dulu bertanya padaku

Ibu : gimana ulangan semesterannya fan,,,

Fandi : alhamdulillah semuanya berjalan lancar bu, fandi telah berusaha semaksimal mungkin

Dan fandi berharap hasilnya akan seperti yang fandi harapkan

Fandi : oya, sekarangkan lagi masa liburan bu.. sambil menunggu pembagian rapor, ke

Sekolah hanya datang, kumpul dan main bersama temen2...

Ibu : terus... (tanya ibu)

Fandi : fandi, mau liburan bu... boleh gak?

Ibu : boleh, mau liburan kemana? Sama siapa?

Fandi : hmmmm..... fandi, mau ke palembang ibu..., bolehkah?

Ibu : kenapa ke palembang?

Fandi : fandi, ingin ketemu ayah...

Spontanitas ibu terkejut mendengar pernyataanku, dan tidak pernah terbayang dalam fikirannya kalau aku benar-benar ingin bertemu dengan ayah.

Ibu : darimana fandi tahu kalau ayah ada di Palembang

Fandi : dari akte kelahiran fandi ibu (jelasku)

Ibu : iya kalau ayahmu ada di palembang, kalau tidak?

Fandi : kalaupun tidak ketemu ayah tapi setidaknya kelauarga ayah kan ada ibu, aku ingin mengenal mereka. Hanya itu.. dan jika ayah telah memiliki keluarga itu bukan masalah untuk fandi, tapi setidak ia tahu kalau fandi ini juga bagian dari hidupnya, hanya itu ibu.. apakah semua ini berlebihan?

Fandi : jika ibu berfikir fandi akan menuntut semuanya dari ayah, ibu jangan khawatir, itu tidak akan fandi lakukan, karena jika ia tahu apa kewajiban dan tanggung jawab sebagai orang tua apalagi seorang ayah, ia akan menyadari semuanya ibu. Ibu pecaya, semuanya akan baik-baik bu, ini janji fandi pada ibu.

Ibu hanya dia mendengar semua ucapanku dan ku pun hanya membiarkan semuanya hening sampai pada waktunya ibu memulai semuanya..

Ibu : baiklah fandi, jika itu telah menjadi tekatmu..., ibu tidak akan menghalangimu. Karena saat ini atau nanti, kau harus tahu siapa dirimu sebenarnya, siapa ayahmu

Fandi : jadi... fandi boleh kepalembang dan mencari ayah ?

Ibu tersenyum padaku. Dan akupun memeluk dan mencium tangannya dan berucap. Terimakasih ibu..., akhirnya engkau mengizinkanku....

Entah apa yang berkecamuk di hatiku saat ini, ada rasa gembira dan juga resah. Gembira karena sebentar lagi aku bisa bertemu ayah dan resah apa yang akan aku lakukan jika aku bertemu ayah. Jam dinding menunjukkan pukul 9 malam, dan akupun pamit untuk istirahat pada ibu. Tak lupa ku kecup kening ibu dan mengucap salam selamat malam pada beliau.

Kucoba rebahkan tubuhku di atas kasur sambil mendengarkan radio. Tetapi aku mendengar suara ibu mengobrol di telpon. Entah dengan siapa aku tak tahu. Aku mencoba mencuri dengar obrolan itu dan ternyata obrolan itu tentang diriku. Sayup2 terdengar ibu membicarakan niatku untuk menemui ayah. Dan setelah ku dengar dengan seksama ternyata ibu menelpon saudara kami yang ada di palembang. Dia mengabarkan kalau aku akan ke palembang. Dan tiba-tiba aku teringat pada kakakku di palembang. Sebenarnya ia adalah anak dr pak’uwoku. Kakak sepupu ibu. Aku mengambil hpku dan mencoba menghubunginya untuk memastikan apakah nomornya masih aktif. Nama kakakku itu nabila. Aku coba memulai kembali silaturahim yang sempat terputus beberapa waktu.

Fandi : assalammualikum, kk..

Nabila : wa’alaikum salam... fandi, gmn kbrnya?

Fandi : alhmdllh baik kk, gimana kbr keluarga di sana?

Nabila : alhmdllh kita sekeluarga di palembang sehat wa’afiat, gmn kbr ibu?

Fandi : ibu sehat kk..

Nabila : ada kabar apa nih?

Fandi : fandi mau kepalembang kk..

Nabila : oya, kapan fan..., udh liburan ya..

Fandi : klo libur sih belum kk, tp di sekolah gak ada kegiatan Cuma main2 sambil nunggu pembagian rapor dan entah mengapa pengen aja main ke palembang

Nabila : oya, main aja ke sini, ntr kita jalan2.. sama ibu ke palembangnya?

Fandi : enggak kak, fandi sendirian ke palembang..

Nadia : berani ya?

Fandi : berani donk kk, masak gk berani...

Nabila : kapan rencananya mau kepalembang?

Fandi : mungkin lusa kk naik travel

Nabila : oya, kk tunggu loh di palembang

Fandi : iya, makasih kk...

Nabila : salam buat ibu ya....

Fandi : ya kk, salam juga buat keluarga di palembang ya..wss

Dan perbincangan kami pun berhenti dan rasanya malam ini aku begitu senang dan aku tertidur dengan nyenyak. Aku membayangkan diriku ada di palembang J.

Pagi yang indah

Wooooaaaaaaaaaaaaaa..............badanku mengeliat bangun di pagi ini, nyenyak sekali tidurku tadi malam sampai2 sholat subuhku kesiangan. Dan ketika bangun ku rasakan sinar matahari telah memenuhi ruang di kamarku. Dalam hatiku kuberucap, selamat pagi semua... semoga hari ini akan menjadi hari yang lebih baik, amien..

Aku beranjak dari tempat tidur dan melakukan aktifitas seperti biasanya dan dengan semangat baru. Berjalan ku menuju kamar mandi melewati dapur dan seperti biasa aku melihat ibu menyiapkan sarapan pagi.

Fandi : pagi bu...

Ibu : pagi fandi

Ibu : nyenyak tidurnya semalam?

Fandi : nyenyak bu, dan mimpi indah banget

Ibu : mimpi apa?

Fandi : mimpi ke palembang bu..

Ibu : hmmm, begitu ya... semoga mimpimu cepat menjadi nyata ya..

Fandi : amin bu...

Ibu : cuci muka (perintah ibu)

Fandi : ya bu...

Senyum tulus sang bunda mengembang melihat anaknya begitu senang di pagi ini, tidak seperti hari-hari kemarin yang penuh dengan tanda tanya. Dan sang bunda pun kini merasa lega dan segala sesak yang pernah dia rasakan . setelah selesai cuci muka dan sikat gigi aku menghampiri ibu yang masih sibuk di dapur...

Fandi : masak apa bu?

Ibu : mie goreng dan telur ceplok

Fandi : hmmmm, yummy... sepertinya enak nih bu..

Ibu : ya donk,, siapa yang masak (ibu tersenyum)

Fandi : ya ibu fandi yang paling cantik donk yg masak (jawabku), dan masakan ibu masakan yg paling enak sedunia

Fandi : laper bu....

Ibu : ya sayang, bentar lagi ya....

Fandi : hehehe.....

Jam di dinding menunjukkan jam 8 pagi. Hari ini tidak seperti biasanya, biasanya aku dan ibu sarapan jam 7 pagi tapi karena kegiatan di sekolah hanya kumpul2 bersama temen sambil menunggu pembagian hasil ujian, aku putuskan untuk bersantai di rumah atau membantu ibu di toko. Dan pagi ini ibu memberi kejutan padaku.

Ibu : fandi, tadi malam ibu telah menelpon pa’uwo mu di palembang

Ibu : ibu bilang kamu akan ke palembang,

Fandi : benar ibu?

Ibu : (hanya anggukan kepala yang mengisyratkan semua itu)

Ibu : jadi, ibu putuskan nanti siang kita cari tiket untuk kamu berangkat

Fandi : asyik... (spontanitas aku melonjat dr tempat duduk)

Ibu : (beliau hanya tersenyum melihat kegembiranku)

Fandi : jadi, besok fandi ke palembang ya bu...

Ibu : iya, nanti siang kamu ke toko ibu, kita cari tiket sama-sama ya...

Fandi : baik bos.., hehehehe,.....akhirnya fandi akan ketemu ayah...

Hari ini aku benar-benar bahagia, akhirnya aku akan bertemu dengan ayah….

Ibu : sekarang habis kan makanny, jangan senyum2 sendiri…(tegur ibu)

Fandi : ya bu….

Setelah selesai sarapan ibu pamit padaku, seperti biasa ibu berangkat ke toko. Jangan lupa nanti siang ke toko ya (pesan ibu), kita cari tiket untuk kamu berangkat besok. Baik bu (jawabku). Selesai sarapan aku bergegas mandi dan bersih2 dan ku sempatkan untuk sholat dhuha. Dalam sholat ku mengucap syukur atas segala nikmat yang telah di berikan padaku. Terima kasih Ya..Rabb, terima kasih untuk semuanya dan terima kasih kau telah membuka hati ibu ku, dan membuat beliau tetap tegar menghadapi semua ini. Aku menyayanginya Tuhan dan aku ingin melakukan yang terbaik untuk selalu membahagiakannya.

Jam menunjukkan pukul 1 siang, sehabis sholat dzuhur dan makan siang aku bersiap-siap untuk menjemput ibu di toko, sesuai janji kita sebelum ibu berangkat, bahwa ibu akan menemaniku mencari tiket. Aku mengendarai motor menuju toko ibu dan sesampainya disana ternyata ibu telah menungguku. Ku parkirkan motorku dan berjalan menuju toko ibu. Ayo bu, kita berangkat sekarang (sapaku). Ya..ayo, ibu sudah siap dari tadi.

Kira-kira 15 menit dari toko ibu, kami telah sampai di agen travel. Kuparkirkan motor dan ibu masuk kedalam kantor agen untuk mencari informasi, dan selesai kuparkirkan motor aku menyusul ibu masuk ke dalam kantor agen.

Agen : siang bu…, ada yg bisa kami bantu

Ibu : siang mbak, kami mau cari tiket untuk ke Palembang

Agen : kapan?

Ibu : kalau besok ada tidak mbak?

Agen : sebentar ya bu, kita cek dulu

Ibu : ya…

Agen : ada bu, kira2 berangkatnya jam 1 siang

Ibu : oke, saya pesan satu tiket ke Palembang untuk besok

Agen : atas nama siapa bu?

Ibu : Muhammad Fandi

Agen : baik ibu, ini tiket atas nama Muhammad fandi , ½ jam sebelum keberangkat sudah ada di agen (penjelasa agen)

Ibu : terima kasih mbak (ibu pun mengambil tiket yang diberikan kepadanya)

Dan kami pun keluar dari kantor agen travel tersebut dan menuju parkiran motor. Diselang perjalanan ibu pun bertanya padaku..

Ibu : bagaimana perasaanmu saat ini nak?

Fandi : perasaan apa bu?

Ibu : perasaan akan bertemu dengan ayahmu?

Fandi : entahlah bu, aku hanya berharap ini akan menjadi perjalanan menyenangkan bertemu dengan ayah yang tidak pernah kukenal sebelum, doakan semuanya baik2 ya bu..

Ibu : amin, ibu selalu berdoa yang terbaik untukmu anakku

Fandi : makasih bu

Malam Hening

Malam itu, aku mempersiapkan semua keperluanku untuk liburan. Kusiapkan tas ranselku dan memasukkan satu persatu baju yang telah kupilih. Disaat aku sibuk mempersipkan semua. Tiba2 ibu mengetuk pintu kamarku dan aku terkejut…

Fandi : eh, ibu…..

Ibu : lagi beres –beres ya?..

Fandi : iya bu…..

Ibu : wah, rasanya rumah ini akan sepi gak ada kamu nak, ibu akan sangat merindukanmu

Fandi : fandikan hanya pergi sebentar bu

Ibu : ya nak, ibu tahu….

Fandi : doakan fandi ya bu, semoga ayah mau nerima fandi

Ibu : ya nak…, ya udah kamu lanjutkan beres2nya ya…., ibu mau istirahat

Fandi : ya bu…, sebentar lagi fandi juga mau istirahat

Ibupun mencium keningku dan mengucapkan selamat malam. Dan setelah selesai mempersiapkan semuanya, akupun istirahat. Kucoba rebahkan tubuhku dan memejamkan mataku dan terlelap dalam mimpi.

Jam 02.00 dini hari aku tersentak dan terjaga dari tidurku. Sayup2 kudengar alunan ayat-ayat suci al-qur’an. Tenang rasanya hatiku dan tanpa kurasa ada bulir-bulir bening yang jatuh perlahan membasahi pipiku. Dan hatiku tergerak untuk mengerjakan sholat malam. Ku beranjak dari tempat tidur dan keluar menuju kamar mandi. Dan langkahku terhenti saat aku melewati kamar ibu. Ku dengar beliau menangis, menangis dalam renungan malam. Ku dengar namaku disebut dalam renungan doa. Tak terasa bulir-bulir air matapun menetes perlahan. Dalam hati akupun bejanji akan membahagiakan ibu… , izinkan aku membahagiakannya TUHAN…, amin. Dan akupun bergegas menuju kamar main, mengambil wudhu dan menunaikan sholat malam. Hening malam ini membuatku terpekur dalam sunyi dan damai bersama-Nya. Kulantunkan asma2 suci milik-Nya. Mencoba mendekatkan diri pada-Nya, berkeluh kesah pada-Nya, memanjatkan doa pada-Nya. “TUHAN….., izinkan aku membahagiakan ibuku dimasa tuanya, jadikan aku anak yang bisa membahagiakannya, menjadi pelipur laranya, jadi penghapus sedihnya, dan selalu memberi warna-warni indah dalam hidupnya, amin. Setelah sholat tahajud aku tidak langsung kembali ketempat tidur, karena saat kulihat jam di dinding hamper mendekat waktu adzan subuh, maka ku putuskan untuk menunggu adzan subuh dan melaksanakan sholat subuh. Tepat jam 5 adzan subuh berkumandang. Maka segeralah ku sholat subuh. Sesaat ku akan sholat ibu mengetuk kamarku dan membangunkan ku, mungkin ibu berfikir aku masih tidur.

Ibu : nak,… bangun… dah subuh, sholat subuh..

Fandi : ya bu (sambil berjalan menuju pintu)

Fandi : kita sholat berjamah bu… (pintaku pada ibu)

Ibu : baiklah….. (senyum ibu yg selalu membuatku tenang)

Dan kamipun sholat subuh berjamah. Setelah selesai sholat ku cium tangan orang yang telah membesarkanku tanpa kenal lelah walaupun seorang diri. Dia telah menjadi ibu sekaligus ayah bagiku. Tak terasa air mataku kembali jatuh membasahi tangannya. “ ibu… maafkan atas segala khilaf ananda, yang mungkin tanpa ananda sadari telah melukai hati ibu atau mungkin membuat ibu meneteskan air mata, doakan anakmu ini selalu ya.. bu, agar bisa menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya, menjadi penuntunmu disaat kau lelah, menjadi tongkatmu saat kau butuh tuk mengiringi langkahmu….”. dan ibupun membalasku dengan mengecup keningku, segala doaku untuk yang terbaik bagi hidupmu selalu terlantun dalam sujudku wahai anakku. Karena aku hanya memilikimu dan aku menyanyangimu dengan seluruh hidupku. Semoga hidup mu kelak akan lebih baik dariku, dan semoga semua harapan dan cita-citamu tercapai.. (dan kami berduapun mengaminin doanya).

Perlahan namun pasti sinar mentari pagi masuk kesela-sela ruangan kamarku. Kulipat sajadah ku dan meletakkan peciku dimeja belajarku setelah selesai sholat subuh. Dan ibupun meninggalkan kamarku. Pagi ini benar-benar terasa beda bagiku. ada senyum yang tak mampu kusembunyikan dari hatiku. Hari ini aku akan melakukan perjalan yang panjang tp menyenangkan. Aku akan bertemu dengan ayahku. Walaupun terbesit ragu, akankah dia menerimaku.

Perjalananku

Jam 12.30 aku bersama ibu berangkat menuju travel TOP . Sesampai disana semuanya telah berkumpul dan aku melapor ke bagian tiket untuk register. Setelah selesai semua jam 12.45, semua penumpang diharap berkumpul karena sebentar lagi bis akan berangkat. Aku mempersiapkan barang-barangku dan menaikan ke bis. Setelah semuanya siap, aku berpamitan dengan ibu. Aku kecup kembali tangannya, memohon doa restu semoga perjalananku lancar dan aku sampai di tujuan dengan selamat. Ada pesan ibu yang selalu ku ingat. “Baik-baik di negeri orang, berlakulah yang baik, jangan lupa sholat dan kabarin ibu jika sudah sampai, salam buat semua keluarga disana”. Semoga semua akan baik-baik ya nak. Amin bu…..

Para penumpang jurusan Palembang diharapkan naik ke mobil, (teriak sopir). Sekali lagi aku berpamitan dan tiba2 bulir air mata jatuh perlahan membasahi pipi ibu, ku peluk erat tubuh orang yang sangat kusayangi. Kubisikan “ semua akan baik2 ibu, ibu jangan mengkhawatirkanku, jaga diri ibu baik2 ya.. Fandi saying ibu”. Selain ibu, sahabatku juga ikut mengantarku walaupun ia dating hampir di detik-detik keberangkatanku. Dan aku mengenggam tangannya layaknya genggaman seorang sahabat dan pelukan sahabat “ titip ibu ya kawan…”(pesanku”. “Tenang kawan, kau bisa mengandalkanku, semoga kerinduanmu akan kasih sayang ayah akan kau temukan disana”.

Setelah kurasa cukup untuk mengucapkan selamat tinggal, aku bergegas masuk ke mobil dan mencari bangku tempat dudukku. Kurebahkan tubuhku di kursi ini, mencoba untuk tenang dan sedikit melirik ke balik jendela, melihat sang ibu dan sahabatku yang melepas kepergianku. Lambaian tangan mereka mengiringi kepergianku meninggalkan kota ini untuk sementara waktu.