Jumat, 18 Oktober 2019

palembang berselimut kabut

tak ada lagi kuhirup udara segar di pagi hari
tak ada lagi sinar mentari pagi yang masuk ke dalam kamarku
karena aku tak berani membuka jendela kamarku
karena yang akan masuk bukanlah sinar matahari yang menyehatkan
tapi asap yang memenuhi ruangan kamar
      pintu rumah tak lagi terbuka di pagi hari
      tak ada lagi kulihat ayah membawa anaknya berjalan di pagi hari
      untuk sekedar jalan pagi menghirup udara yang segar
      yang ku lihat setiap orang menggunakan masker
      anak-anak di kurung di dalam rumah, bermain di rumah
      tak lagi kulihat anak-anak bermain di taman bersama teman-temannya
saat ini yang kami hirup hanyalah asap bakaran
yang sangat-sangat menyesakkan dada kami
saat ini yang kami rasakan panasnya api bakaran
yang terkadang terasa di kulit kami
     kami rindu udara segar..
     kami rindu turunnya hujan yang membasahi tanah ini
     kami rindu......
tuhan, sampai kapan ini akan berakhir
sampai kapan kabut asap ini menyelimuti bumi sriwijaya
kasihanilah kami ya tuhan....
jika, doa kami masih mengguncang langitmu
jika, doa kami masih bisa engkau dengar..
maka, dengarlah doa dari hamba-hamba-Mu
yang terkadang lalai dari rasa syukur
semoga Engkau masih menyayangi kami
semoga Engkau masih mendengar rintihan kami
semoga Engkau masih mendengar doa kami
bahasilah bumi ini....
terangilah langit ini....
dengan anugrah hujan-Mu....